Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang terjadi karena
sebab–sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan disengaja. Luka
ini terjadi pada saat kelahiran dan biasanya tidak teratur. Hampir pada
semua persalinan pertama kali akan terjadi ruptur perineum. Oleh karena
itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik ibu (paritas, perineum kaku) pada persalinan normal dengan
kejadian ruptur perineum.
Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan desain penelitian
cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu yang melahirkan di BPS
Hj. Hartini Widang Tuban pada April–Juni 2010. Sampelnya sebanyak 66
orang. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecitive
sampling. Pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara.
Sedangkan uji penelitian ini menggunakan uji chi square dilanjutkan
dengan uji koefisisen phi dan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian ruptur perineum pada
primipara persalinan normal sebesar 88,9%, sedangkan yang tidak
mengalami ruptur perineum pada multipara pada persalinan normal sebesar
43,3%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai rØ =
0,405 dan < 0,05 dengan tingkat hubungan sedang, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya ada hubungan antara paritas dengan
kejadian ruptur perineum di BPS Hj. Hartini Widang Tuban. Sedangkan
angka kejadian ruptur perineum pada keadaan perineum kaku pada
persalinan normal sebesar 84,6%, dan yang tidak mengalami ruptur
perineum pada keadaan perineum meregang pada peralinan normal sebesar
32,5%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa x2 hitung <
x2 tabel dengan α = 0,05 dan df = 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara perineum kaku dengan
kejadian ruptur perineum di BPS Hj. Hartini Widang Tuban.
Dari hasil analisa diatas diharapkan para bidan mampu memahami
faktor-faktor penyebab dari ruptur perineum dan bagaimana cara
pencegahan rupture perineum dan lebih memperhatikan keadaan ibu pada
saat persalinan,sehingga angka kejadian ruptur perineum dapat dikurangi.
0 komentar:
Posting Komentar