Kelenjar
mamae / payudara (buah dada) adalah perlengkapan organ reproduksi pada
wanita dan mengeluarkan air susu. Bentuk buah dada cembung kedepan
dengan putting ditengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil
dan berwarna tua payudara terletak dibawah kulit dan diatas otot dada
merupakan perubahan dari kelenjar payudara.
Payudara
dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari
yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan
pada ibu menyusui 800 gram selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru
lahir.
STRUKTUR PAYUDARA
1. Anatomi Payudara
Kelenjar
mamae atau payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada
wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada terletak di dalam fasia
superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan axila dan melebar
dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh.
Berat dan ukuran buah dada berlain-lainan. Pada masa pubertas membesar,
dan bertambah besar selama hamil dan sesudah melahirkan, dan menjadi
atrofik pada usia lanjut.
Bentuk
buah dada cembung ke depan dengan putting di tengahnya, yang terdiri
atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Konstituen utama
payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan
lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi
bagian atai lobus oleh septum fibrosa, yang berjalan dari belakang
puting payudara ke arah otot pektoralis.
2. Struktur Makroskopis
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Puting
payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya
bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan
pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara
terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi
dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi
perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan
risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak.
Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt
segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf
aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Ada
empat masam bentuk puting, yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar,
panjang dan terbenam (inverted). Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak
selalu berpengaruh pada proses laktasi, karena pada dasarnya bayi
menyusu pada payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa kasus dapat
terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting
tebenam, sehingga butuh penanganan khusus.
3. Struktur Mikroskopis
Di
dalam badan payudara terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang
merupakan tempat air susu diproduksi. Dari alveolus ini Air Susu Ibu
(ASI) dialirkan ke dalam saluran kecil (diktulus) beberapa saluran kecil
bergabung membentuk saluran yang lebih kecil ( duktus). Di bawah
areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran
yang disebut sinus latiferus. Akhirnya semua saluran yang besar ini
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa
ASI keluar.
Masing-masing
dari 15 sampai 20 lobus, yang dipisahkan oleh jaringan ikat, mengandung
jaringan glandular yang tersusun sebagai suatu sistem duktus-alveolus.
Sel sekretorik alveolus berkelompok- kelompok seperti buah anggur di
sekitar sistem duktus yang bercabang-cabang, yang menyatu membentuk
duktus laktiferosa utama menuju puting payudara. Duktus laktiferosa
melebar membentuk ampula atau sinus, tepat di dasar puting payudara dan
terbuka ke eksterior melalui duktus ejektorius.
4. Tahap-tahap Perkembangan Payudara
Saat
lahir, payudara sebagian besar terdiri atas duktus laktiferus dengan
sedikit, jika ada alveoli. Kelenjar mammae yang rudimeter ini memiliki
sedikit fungsi sekretorik (air susu palsu) dalam beberapahari setelah
lahir. Sekresi payudara pada masa nenatal terjadi akibat kadar prolaktin
yang tinggi pada bayi baru lahir setelah pajanan payudara janin
sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen plasenta yang tinggi selama
kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari sirkulasi nenatal,
payudara memasuki fase tenang sampai pubertas. Pada pubertas, estrogen
ovarium menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus. Duktus-duktus
ini bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini
membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan membentuk aveolu
lobular. Payudara dan alveoli kemudian membesar. Saat menarche, sekresi
esterogen dan progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan
pada pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimeter. Kortikosteroid
adrenal selanjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus. Payudara
terus membesar selama beberapa waktu setelah menarke akibat timbunan
lemak dan jaringan ikatan bahan. Deferensiasi dan pertumbuhan akhir
payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan.
Pertumbuhan
dan perkembangan payudara dapat dibagi menjadi empat fase : istirahat,
perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi. Saat
lahir, struktur hanya sebuah puting payudara dan beberapa duktus
rudimenter, dengan sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal
evolusi dari modifikasi kelenjar keringat apokria. Sampai pubertas,
saatnya
perkembangan
yang terjadi mungkin adalah percabangan duktus. Terjadi penurunan
insiden kanker payudara pada populasi yang banyak mengonsumsi
fito-estrogen (senyawa mirip-esterogen yang berasal dari tumbuhan).
Diperkirakan fito-esterogen merangsang perkembangan sel payudara pada
masa anak dan pubertas sebelum kehamilan. Sel yang berdiferensiasi baik
ini mungkin lebih resiten terhadap pembentukan tumor (Adlecreutz, 1995).
5. Kolostrum
Kolostrum
berasal dari bahasa latin adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar
susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran
bayi. Kolostrum warnanya kekuningan dan kental penting bagi bayi karena
mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum (196)
mengandung banyak karbohidrat, protein, anti body dan sedikit lemak
(yang sulit dicerna bayi) bayi memiliki sistem pencernaan kecil dan
kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi tinggi. Kolostrum juga
mengandung zat yang mempermudah bayi membuang air besar pertama kali
yang disebut meconium. Hal ini membersihkannya dari Bilirubin, yaitu sel
darah merah yang mati yang diproduksi ketika kelahiran.
Kolostrum
adalah cairan prasusu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 36 jam
pertama setelah melahirkan (paska persalinan) kolestrum mensuvlei
beberapa faktor kekebalan (Faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung
kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk
mejamin kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang
baru lahir.
Namun
karena kolostrum manusia tidak selalu ada, maka kita harus bergantung
pada sumber lain. Ada lebih dari 90 bahan Bioaktif Alam dalam kolostrum
komponen utamanya dikelompokan menjadi 2 yaitu : faktor umum dan faktor
pertumbuhan. Kolostrum juga mengandung berbagai jenis vitamin, mineral,
dan asam amino yang seimbang. Semua unsur ini bekerja secara sinergis
dalam memulihkan dan menjaga kesehatan tubuh.
Penelitian secara medis menunjukan bahwa kolostrum :
· Mempunyai
faktor imunitas yang kuat (Immunoglobium, lactoferm, Cytokines,
Lactalbumein, Glicoprotein, dan lain-lain) yang membantu melawan virus,
bakteri, jamur, alergi dan Toksin.
· Membantu mengatasi berbagai masalah usus, Autoimunitas, Arthiritis, Alergi.
· Membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
· Kaya akan kandungan T9F-B yang mendukung terapi penderita kanker pembentukan tulang dan mencegah penyakit Herpes.
· Mengandung Imunoglobulin dan telah terbukti sebagai Anti Virus, Anti Bakteri, Anti Jamur, dan Anti Toksin.
Kolostrum
disekresi selama kehamilan dan tampak lebih awal pada ibu yang
payudaranya telah berfungsi secara penuh sebelumnya. Pada saat permulaan
diproduksi, kolostrum berupa cairan jernih seperti air, tetapi kemudian
menjadi lebih kuning warnanya dan konsistensinya lebih menyerupai krim
yang encer menjelang akhir kehamilan.
Setelah
kelahiran bayi, warnanya terus berubah, sampai hari ke-3 pascapartum
kolostrum tampak lebih menyerupai air susu, warnanya menjadi lebih pucat
dan konsistensinya menjadi lebih encer. Kolostrum ini merupakan fase
peralihan (transisi), karena perkembangan menjadi air susu yang
sebenarnya memerlukan waktu 10 sampai 14 hari.
Kolostrum mengandung :
Protein : 8,5% Garam mineral : 0,4%
Lemak : 2,5% Air : 85,1%
Karbohidrat : 3,5% Leukosit
Corpulus colostrum Sisa-sisa epitel yang mati
Vitamin A, B,C, D, E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.
Nilai kalori = 80 kilo joule / 30 ml.
Dengan
menyusukan bayi, apabila bayi merasa lapar (pemberian susu sesuai
kebutuhan) dan selama bayi menginginkan, maka tidak hanya memberikan
kepuasan kepada bayi, tetapi juga akan merangsang produksi prolaktin dan
akan mempercepat produksi air susu yang sebenarnya, meningkatkan
kualitasnya dan membantu memantapkan refleks neurohormonal (pengeluaran
air susu) (Howie & Mc Nelly, 1980)
Fungsi kolostrum, yaitu:
1. Mempersiapkan system sekretorik payudara untuk memproduksi air susu.
2. Minum kolostrum secara awal, akan membantu membersihkan mekonium dari usus bayi.
3. Mempunya
nilai gizi yang tinggi. Kolostrum mengandung protein dengan proporsi
yang tinggi, sangat bergizi dan memberikan semua yang dibutuhkan bayi.
4. Untuk perlindungan terhadap infeksi / antibody bagi bayi.
Faktor yang terdapat pada kolostrum, sehingga dapat mencegah infeksi neonatal adalah :
1. Imunoglobulin
Imunoglobulin
bekerja dalam saluran usus dan dapat juga diserap melewati dinding usus
kedalam sistem sirkulasi bayi. Imunoglobulin juga melapisi dinding
usus, dengan demikian dapat mencegap penyerapan protein yang mungkin
menyebabkan reaksi alergi.
2. Laktoferin
Laktoferin
merupakan protein yang mempunyai afinitas tinggi terhadap zat besi.
Bersama dengan imunoglobulin A, laktoferin mengambil zat besi yang
diperlukan untuk perkembangan kuman E. Coli , stafilokokus, dan ragi. Kadar laktoferin tertinggi dalam kolostrum dan ASI adalah pada 7 hari pertama postpartum.
Laktoferin
juga terdapat pada susu sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada
proses pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan
(formula). Efek imunologis laktoferin akan hilang jika makanan bayi
ditambah zat besi.
3. Lisosom
Lisosom
bersama IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat
pertumbuhan berbagai macam virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan ASI
lebih besar dari pada kandungan lisosom pada susu sapi.
4. Faktor antitripsin
Faktor
antitripsin akan menghambat kerja tripsin (memecah protein), sehingga
akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah tripsin.
5. Faktor bifidus
Faktor
bifidus adalah gula mengandung nitrogen. Faktor bifidus ini dibutuhkan
laktobasilus dalam pertumbuhannya. Laktobasilus didalam usus bayi
menghasilkan berbagai asam yang akan mencegah pertumbuhan kuman patogen .
Faktor bifidus ini terdapat dalam kolostum dan ASI saja, sedangkan pada
susu sapi tidak. Dengan demikian, penting bahwa makanan pertama bayi
adalah kolostrum, karena laktobasilus akan dihambat oleh susu sapi. Jika
meminum susu sapi sekali saja akan memberikan efek yang merugikan
terhadap flora usus selama 3 hari.
Faktor-faktor
pelindung ini semua ada didalam kolostrum dan ASI yang matur. Kadar
faktor ini akan berubah selama laktasi, sampai bayi mulai membentuk
system imunnya sendiri.
INGAT :
1. Pemberian
kolostrum secara awal dan pemberian ASI yang terus menerus, paling
tidak selama 4 bulan, merupakan perlindungan terbaik yang dapat
diberikan kepada bayi terhadap penyakit.
2. Bahkan hanya dengan sekali minum air susu sapi dapat menyebabkan kerusakan faktor-faktor perlindungan alami.
FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
1. Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan
payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI.
Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin
Selama
kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi
terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan
bayi.
- Refleks prolaktin
- Refleks aliran (let down reflek)
Refleks Prolaktin
Akhir
kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,
tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan
dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui
duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor
yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/
pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
- Refleks menangkap (rooting refleks)
- Refleks menghisap
- Refleks menelan
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul
saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks
ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar
puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam
mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah
areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
2. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila
bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior,
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel
di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam
pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar,
maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin
3. Pemeliharaan Laktasi
Dua faktor penting untuk pemeliharaan laktasi yaitu :
1. Ransangan
Bayi
perlu di susui sesering mungkin terutama pada hari – hari neonatal awal
. Penting bahwa bayi ‘di fiksasi ‘ pada payudara dengan posisi yang
benar apabila diinginkan untuk meningkatkan ransangan yang tepat .
Ransangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit aerola sehingga tekanan
diberikan pada ampula yang ada di bawahnya sebagai tempat di simpannya
air susu . Dengan demikian bayi minum dari payudara bukan dari papila
mamae ,jika ibu merasakan sakit saat menyusui maka berarti bayi tidak
disusui dengan posisi yang benar .
Jika
bayi tidak dapat menyusu dengan suatu alasan , maka ibu dapat memeras
air susu dari payudaranya dengan tangan atau dengan pompa payudara .
Bayi menyusu
Meningkatkan kadar prolaktin melepas oksitosin
Meningkatkan menghambat kontraksi merangsang involusi
Produksi ASI ovulasi sel mioepitel uteri
ASI dikeluarkan
Bagan : fisiologi laktasi
2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu
payudara sebelum diberikan payudara yang lain . apabila tidak
mengosongkan yang kedua , maka pada pemberian air susu yang berikutnya
payudara yang kedua ini yang diberikan. Atau bayi mngkin sudah kenyang
dengan satu payudara , maka payudara yang kedua diberikan pada pemberian
air susu berikutnya.
Selain itu ada beberapa hal yang penting juga diperhatikan, yakni sebagai berikut :
Kesehatan umum
Ibu
yang kesehatannya baik, yang telah melahirkan secara normal dan yang
telah dipersiapkan secara memadai baik secara mental maupun secara fisik
untuk pemberian air susu ibu selama antenatal, akan memulai fase
laktasi dengan segala keuntungannya. Kesehatan umum ibu harus
dipertahankan dan harus dicegah timbulnya anemia pada saat itu dengan
pemberian diet yang seimbang seperti yang mereka makan sebelum
melahirkan. Apabila ibu telah mengkonsumsi zat besi saat antenatal, maka konsumsi zat besi tadi perlu diteruskan.
Istirahat
yang cukup dan menghindari kecemasan merupakan faktor yang sangat
penting, dan suasana di sekitar ibu harus tetap setenang mungkin.
Sekarang kecemasan tidak lagi dipercaya dapat mempengaruhi refleks
neurohormonal, walaupun demikian suasana yang menyenangkan sangat
kondusif bagi laktasi yang berhasil dan ikatan ibu-bayi yang baik.
Kelelahan diremehkan sebagai faktor yang ikut berperan dalam kegagalan
pemberian air susu ibu.
Penopang dan Kebersihan
Seperti
pada wanita di masa antenatal, kebanyakan para ibu lebih nyaman memakai
bra, terutama pada hari ke-2 dan ke-3 saat payudara mulai terisi. Jenis-jenis
bra yang dipakai selama kehamilan juga cocok untuk dipakai sat
postnatal. Kolostrum atau air susu ibu dapat menetes (keluar dengan
sendirinya ) dari payudara, sehingga bantalan pengisap sekali pakai
dapat dipakai di sebelah dalam bra.
Teknik memberi air susu
Setelah kelahiran yang
normal, maka bayi diberi minum air susu ibu. Apabila kelahiran tidak
normal, maka pemberian susu dilakukan segera setelah kondisi ibu dan
bayi memungkinkan. Pada beberapa jam pertama ibu biasanya lama
mendekapkan bayinya pada payudara dan memberikan air susunya. Terdapat
sedikit air susu di dalam payudara segera setelah melahirkan, namun
refleks menghisap naluriah bayi sebaiknya dipuaskan jga. Pemberian yang
pertama yang meskipun hanya sedikit akan memuaskan ibu dan bayi, dan
harus dibantu oleh bidan terampil yang bisa mengajari ibu bagaimana
memfiksasi bayi secara benar. Bayi sebaiknya diberi air susu ibu apabila
lapar dan selama ia mau. Ibu harus yakin bahwa bayi telah mengosongkan
payudara yang pertama sebelum diberikan payudara yang kedua. Apabila
payudara yang kedua tidak dapat dikosongkan, maka bayi harus diberi
payudara yang kedua pada pemberian air susu ibu berikutnya.
Kadar prolaktin meningkat sebanding dengan frekuensi minum air susu ibu. Makin sering bayi minum air susu
ibu, maka masa peralihan dari kolostrum menjadi air susu ibu yang matur
akan makin singkat. Karena mengisap juga merangsang produksi oksitosin,
maka akan makin cepat terjadinya refleks neurohormonal. Bayi sebaiknya
juga diberi air susu ibu oleh ibunya pada malam hari, dan bukannya
diberi makanan tambahan sekedar agar tidak mengganggu ibu pada malam
hari. Produksi air susu ibu terus berlangsung pada malam hari, saat
kadar prolaktin paling tinggi, dan apabila payudara tidak dikosongkan,
maka alveoli akan mengalami kongesti (bendungan) dan terjadi
pembengkakan karena air susu. Mengingat kenyataan bahwa air susu ibu
diproduksi dalam responsnya terhadap permintaan, dan bahwa laktasi yang
berhasil terutama tergantung pada pengosongan payudara yang efisien pada
saat air susu di hasilkan.
Pemeriksaan harian
Pemeriksaan
payudara dan papilla mammae harian untuk menilai aliran dan banyak nya
air susu ibu serta untuk menyingkirkan adanya infeksi, memberikan
kesempatan yang cukup untuk merencanakan pemberian minum selama 24 jam
berikutnya.
Dorongan
Dorongan
dan bantuan yang didapat oleh ibu pada setiap saat akan memperkuat dan
mendukung faktor lain yang penting untuk laktasi yang berhasil.
· Inisiasi pemberian air susu ibu secara dini
· Letak bayi yang benar pada waktu memberi air susu ibu.
· Lama dan frekuensi minum air susu ibu yang tidak dibatasi.
Apabila
ibu telah dipulangkan dari rumah sakit, ia harus tahu kepada siapa
harus berhubungan apabila ibu merasa memerlukan pertolongan.
Penekanan laktasi
Apabila
penekanan (supresi) laktasi dilakukan segera setelah melahirkan, maka
jelas bahwa bayi tidak mendapatkan air susu ibu di bangsal bersalin.
Apabila tidak terjadi penghisapan payudara oleh bayi, maka tidak terjadi
perangsangan perlepasan prolaktin pada hari ke-3 atau ke-4 setelah
melahirkan, bendungan pembuluh darah akan memperbesar pembuluh lactifer
dan air susu ibu perlu diperas dengan hati-hati dan ini hanya untuk
menghilangkan rasa tidak nyaman. Payudara perlu disanggah dengan baik
dengan memakai bra. Rasa tidak nyaman dapat dihilangkan dengan pemberian
analgetik ringan.
Obat-obatan
Estrogen
sintetik, dapat dipakai untuk menekan pelepasan prolaktin, dan dengan
demikian menghambat laktasi, tetapi obat ini diduga dapat m,eningkatkan
resiko emboli dan karsinoma payudara dan sekarang jarang dipakai.
Bromokriptin, menghambat pelepasan prolaktin.
4. Susu Air Susu Ibu
Perubahan
kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung bertahap selama 14
hari pertama kehidupan bayi . Kadang – kadang fase peralihan ini
memerlukan waktu yang lebih lama dan sangat bergantung
pada apakah jaringan glandula mamae sudah di aktifkan sebelumnya atau
baru pertama kali . Keadaan tersebut juga bergantung pada seberapa cepat dan
seberapa efektif bayi belajar menghisap . Bahkan air susu yang telah
mengalami maturasi juga terdapat variasi yang besar dalam komposisi dan
nilai kalori air susu ibu , yaitu bergantung pada masing – masing
individu . ASI merupakan cairan yang alkalis (basa) , berwarna putih
kebiruan dengan berat jenis 1031.
Rata – rata sampel air susu ibu jika dikumpulkan selama 24 jam mengandung :
· Protein 1,5 %
Protein lebih mudah dicerna oleh bayi jika dibandingkan dengan protein air susu sapi . Protein dari susu ( curd ) disebut kasein . Kadar protein yaitu laktalbumin dan laktoglobulin lebih besar pada air susu ibu dibanding air susu sapi.
· Garam mineral 0,2 %
Seperti natrium, kalsium, fosfor dan magnesium
· Lemak 3,5 %
· Air 87,8 %
· Karbohidrat 7,0 %
· Vitamin seperti pada kolostrum
· Faktor pelindung
Seperti immunoglobulin protektif, laktoferin, lisosom, faktor bifidus, dan antitripsin
0 komentar:
Posting Komentar