Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”
yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Selama
hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi
perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan,
sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem
hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum
perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum
hamil. Adapun perubahannya adalah sebagai berikut :
Involusi Uterus
Involusi
Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses
involusio uterus adalah sebagai berikut :
- Autolysis
Merupakan
proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali
lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
- Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan system limphatik
- Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin
menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Waktu
|
Bobot Uterus
|
Diameter Uterus
|
Palpasi Serviks
|
Pada akhir persalinan
|
900 gram
|
12,5 cm
|
Lembut/lunak
|
Akhir minggu ke-1
|
450 gram
|
7,5 cm
|
2 cm
|
Akhir minggu ke-2
|
200 gram
|
5,0 cm
|
1 cm
|
Akhir minggu ke-6
|
60 gram
|
2,5 cm
|
Menyempit
|
b. Lokia
Dengan
adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua
yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah
dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda
atau putih pucat.
Lokia
adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang
amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda
pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti
pada tabel berikut ini:
Lokia
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri-ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
|
Sanginolenta
|
3-7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan/ kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
|
Alba
|
>14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
|
c. Laktasi
Laktasi
dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI),
yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan
bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman,
tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang
penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi
ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi
produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak
dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena
hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI
yang baik harus dalam keadaan tenang.
Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1 ) Refleks Prolaktin
Pada
waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal
pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan
ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan
hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
2 ) Refleks Let Down
Refleks
ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang
putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus
vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke
dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot
myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI
akan terperas ke arah ampula.
PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
Biasanya
ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu
persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak
berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian
huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.
PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Dinding
kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi
retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah
kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi
ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya
berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan
karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan
sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik
involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang
disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot
rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel
otot.
PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Ligamen,
fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai
akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih
lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan
latihan.
PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
a. Hormon plasenta
Hormon
plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum
b. Hormon pituitary
Prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam
waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler
pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk
wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat
anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6
minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%
menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24
minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk
wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
a. Suhu Badan
Satu
hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI,
buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis,
tractus genitalis atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya
tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Selama
kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara
cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini
ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma selama persalinan.
Pada
persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila
kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration).
Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio
sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Setelah
persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung,
dapat menimbulkan decompensation cordia pada
penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5
postpartum.
PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
Selama
minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih
tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini
akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut.
Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine
pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu
postpartum.
0 komentar:
Posting Komentar